Contoh
katalisis asam-basa umum dari kimia organik adalah seperti ilustrasi berikut,
tetapi perhatikan bahwa hemiasetal juga terbentuk dalam beberapa reaksi
enzimatik.
Reaksi keseluruhan:
Mekanisme reaksi A: Suatu basa
(OH- )
mempercepat pembentukan hemiasetal seperti berikut:
Catatan: OH-
didaur ulang dalam reaksi ini, sehingga bisa dianggap sebagai suatu katalis
dalam arti sebenarnya.
Mekanisme reaksi B: Katalis asam juga terdapat dalam reaksi, yang
melibatkan pembentukan garam oksonium,
diikuti oleh reaksi dengan alkohol seperti berikut:
Dalam contoh di atas, laju
pembentukan hemiasetal ditingkatkan dalam asam kuat atau basa kuat. Dalam reaksi lain bisa saja hanya salah satu
(basa atau asam) yang menjadi katalis.
Hidrolisis
nitramida adalah peka terhadap katalis basa, tetapi tidak peka terhadap katalis
asam. Peningkatan pH menimbulkan
peningkatan laju reaksi yang totalnya tanpa pemakaian basa, seperti ditunjukkan
dalam reaksi berikut:
NH2NO2
+ OH-
→ H2O + NHNO2-
NHNO2- → N2O + OH-
OH- bukanlah
satu-satunya basa yang dapat mengkatalisis hidrolisis ini. Basa-basa lain seperti asetat juga bereaksi,
misalnya,
NH2NO2
+ CH3COO- → CH3COOH
+ NHNO2-
NHNO2-
→ N2O + OH-
Menurut
definisi Brønsted-Lowry (dan seperti dalam contoh di atas), suatu asam adalah
bagian apapun yang mendonorkan proton, sedangkan basa adalah yang akan menerima
proton dari bagian lain.
Katalisis asam-basa tidak meningkatkan laju oleh
faktor yang lebih besar dari ~100, tetapi bersama dengan mekanisme lain yang
bekerja dalam sisi aktif suatu enzim, maka peningkatan laju reaksi enzimatik
akan sangat berarti. Rantai samping asam
amino asam glutamat, histidin, asam aspartat, lisin, tirosin, dan sistein dalam
bentuk terprotonasinya bisa berperan sebagai katalis asam, sedangkan bentuk tidak terprotonasinya sebagai
katalis basa. Keefektifan rantai samping
sebagai suatu katalis tergantung pada pKa dalam lingkungan sisi aktif, serta pada pH bekerjanya
enzim.
0 comments:
Post a Comment